Jumat, 27 Maret 2015

Perahu Bagan Congkel "Era Teknologi Modern"

"tampak ombak kejar-mengejar menuju karang"
"menampar tubuh pencari ikan"
"Semilir angin berhembus bawa dendang unggas laut"
"Seperti Restui Jala Nelayan"
(Iwan Fals)


Perahu Bagan Congkel adalah salah satu alat tangkap ikan masyarakat bugis yang ada di pesisir teluk lampung. Metode alat tangkap ini merupakan modifikasi mutakhir dari alat tangkap sebelumnya (Bagan Tancap, Bagan Perahu dan Bagan Drigen) yang dilengkapi dengan teknologi canggih yang menunjang dalam operasional penangkapan ikan.

Perahu bagan congkel dilengkapi peralatan seperti Mesin Pencari Ikan (Fish Finder), Mesin Penggerak Diesel, Mesin Bantu Penarik Jaring, Mesin Diesel Pembangkit Listrik untuk kebutuhan Lampu dan sebagainya dimana alat-alat ini sudah digunakan oleh nelayan di negara lain sejak lama tetapi nelayan kita belum menggunakannya.

Sudah saatnya nelayan kita bangkit dari keterpurukan dengan pengetahuan teknologi sehingga sistem kerja dan pendapatan nelayan kita bisa jauh lebih baik dari sebelumnya. Nelayan diharapkan mampu bersaing secara lokal maupun mendunia, Laut akan menjadi sumber yang dikelola secara maksimal dan baik sehingga semboyan Jales Veva Jaya MaheDi Laut Kita Jaya” menjadi semboyan perubahan yang dapat terwujud dengan baik.

Rabu, 25 Maret 2015

Keramba Kerang Hijau Teluk Lampung "Semangat Baru Menerjang Ombak"

Lampung adalah sebuah provinsi paling selatan di Pulau Sumatera, Indonesia. Di sebelah utara berbatasan dengan Bengkulu dan Sumatera Selatan.
Provinsi Lampung dengan ibukota Bandar Lampung yang merupakan gabungan dari kota kembar Tanjungkarang dan Telukbetung memiliki wilayah yang relatif luas, dan menyimpan potensi kelautan yang belum terkelola dengan maksimal khususnya oleh masyarakat pesisir dan pulau.
Kerang hijau (Perna viridis) merupakan salah satu jenis kerang yang digemari masyarakat, memiliki nilai ekonomis dan kandungan gizi yang sangat baik untuk dikonsumsi, yaitu terdiri dari 40,8 % air, 21,9 % protein, 14,5 % lemak, 18,5 % karbohidrat dan 4,3 % abu sehingga menjadikan kerang hijau sebanding dengan daging sapi, telur maupun daging ayam, dari 100 gram daging kerang hijau ini mengandung 100 kalori.
Dalam reproduksinya, Hewan ini memiliki alat kelamin yang terpisah atau diocious, bersifat ovipora yaitu memiliki telur dan sperma yang berjumlah banyak dan mikroskopik. Induk kerang hijau yang telah matang kelamin mengeluarkan sperma dan sel telur kedalam air sehingga bercampur dan kemudian terjadi pembuahan, telur yang telah dibuahi tersebut setelah 24 jam kemudian menetas dan tumbuh berkembang menjadi larva kemudian menjadi spat yang masih bersifat planktonik hingga berumur 15-20 hari kemudian benih/ spat tersebut menempel pada substrat dan akan menjadi kerang hijau dewasa (Induk) setelah 5 - 6 bulan kemudian.       


Minimnya perawatan dan budidaya yang memiliki tingkat resiko yang kecil merupakan peluang usaha yang harus segera dilaksanakan. Kedepannya kami juga akan menjadi pembudidaya yang mandiri dan kreatif dimana kami akan menciptakan pasar sendiri dengan melakukan ekspansi pasar ke restoran dan hotel secara langsung dan terbuka. Agar tercipta peluang harga dan persaingan yang baik diantara para pembudidaya. Kami juga akan menciptakan peluang budidaya yang lain yang bisa dilakukan bersamaan dengan budidaya kerang hijau, misalnya budidaya ikan hias dengan memanfaatkan keramba apung yang ada dan jenis peluang lain yang bisa kami lakukan secara bersamaan dan berkesinambungan.



Salam Jales Veva Jaya Mahe "di laut kita Jaya"

Minggu, 23 November 2014

pasir timbul teluk lampung

23 nov 2014;
pukul 08:00 WIB berangkat menuju pantai ringgung
pukul 08:30 WIB sampai dilokasi dan bayar tiket masuk Rp. 10.000,- utk motor kemudian sewa perahu utk menyeberang ke pasir timbul Rp. 125.000,- (biaya bisa negosiasi)